Mendengarkan lagu Ayu Tingting yang berjudul "Sik-asik" mengingatkan saya akan perbincangan dengan teman-teman beberapa waktu lalu mengenai komunitas sub-altern. Sebenarnya ini berkaitan dengan behasa sebagai alat kolonalisasi dan perlawanan dari komunitas sub-altern. Apa hubungannya Ayu Tingting dengan bahasa? Baiklah. Kalau saya mendengar musik, biasanya saya akan berusaha mengasosiasikan lagu yang saya dengar dengan salah satu genre musik yang sudah dikenal (baca: baku). Misalnya, lagu "Don’t Worry"-nya Mas Tony Q akan diasosisasikan dengan genre musik reggae; atau lagunya Taylor Swift yang berjudul "Love Story" dengan mudahnya akan saya identifikasi sebagai musik country. Nah, bagaimana dengan "Sik-asik"-nya Ayu Tingting? Agak nge-dangdut, tapi sedikit K-Pop. Kalau menurut Ko Hans, lagu Sik-asik adalah salah satu bentuk perlawanan komunitas sub-altern terhadap kemapanan yang selalu berhubungan dengan kolonialisasi. Nah, ini sebenarnya yang...
"each one of us has got to... take place in that dance." C.S. Lewis