Skip to main content

Kasih Allah akan Semesta

(Telah dipublikasi dalam Majalah Berkat Edisi Desember 2018 Tahun XXX nomor 121, dengan judul "Kasih Dinyatakan dalam Perbuatan")


Identitas kekristenan sejatinya ialah cinta kasih. Sayangnya, seringkali kasih menjadi sekadar slogan dan kata-kata indah yang tak jarang kehilangan maknanya. Sayangnya, kasih hanya berhenti pada kata, puisi, lagu, atau wacana dan keyakinan saja, tanpa terlihat wujudnya. Seorang psikiater asal Amerika, Karl Menninger, mengatakan “Sebenarnya cinta adalah obat bagi semua penyakit dan penderitaan di dunia. Namun pada kenyataannya, cinta menjadi suatu resep yang sering diberikan tapi jarang digunakan.” Kasih dibicarakan dan dikumandangkan di mimbar-mimbar ibadah dengan segala konsepnya; gereja berteori tentang bagaimana mengasihi orang lain, namun, semua hanya sebatas teori.
Kenyataan ini pun yang terjadi di jemaat tujuan surat Yohanes. Kasih sering sekali diucapkan, namun tindakan tidak semanis ucapan. Kenyataan ini yang menjadi dasar bagi kritik dan pengajaran Yohanes dalam suratnya yang pertama.  Bagi Yohanes, sangat tidak masuk akal jika seseorang membicarakan cinta kasih dalam kesehariannya, bahkan menjadi slogan jemaat, namun mereka membiarkan saudara mereka menderita dan kekurangan. Menurut Yohanes, jika orang melihat saudaranya menderita dan membiarkannya, maka kasih yang dibicarakannya selama ini hanya omong kosong, karena kasih Allah tidak ada padanya. “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaiamanakah kasih Allah dapat tetap dalam dirinya?” (1Yoh. 3:17) Bagi Yohanes, kasih bukanlah kata benda atau kata sifat melainkan kata kerja. Oleh karena itu, sudah seharunya kasih itu dikerjakan, bukan hanya diucapkan. Ia pun melanjutkan pengajarannya dengan berkata “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh. 3:18). Yohanes mengajak umat untuk tidak hanya membicarakan kasih tetapi melakukan tindakan kasih dengan meneladani Kristus, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (1Yoh. 3:16).

Inkarnasi: Tindakan Kasih Allah
Kebetulan sekali Injil Yohanes dan Surat 1 Yohanes menuliskan dua hal yang saling berkaitan pada nomor pasal dan ayat yang sama. Teks 1 Yohanes 3:16 dapat kita lihat sebagai tindak lanjut dari Yohanes 3:16.  Penginjil Yohanes menuliskan, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,…” (Yoh.3:16). Karena Allah telah mengasihi dunia ini sehingga menyerahkan diri-Nya, maka kita pun meneladani kasih itu dengan menyerahkan nyawa bagi sesama kita. Teks Yohanes 3:16 yang sangat terkenal ini menunjukkan betapa Allah mengasihi dunia sehingga Ia memberi diriNya bagi dunia. Jika dibaca sepintas, teks itu dapat dimaknai bahwa Sang Bapa mengutus AnakNya untuk berkorban bagi dunia, atau Sang Bapa mengorbankan AnakNya untuk dunia. Namun, dalam kerangka trinitarian, Sang Bapa dan Sang Anak adalah pribadi-pribadi dalam satu hakikat Allah yang tidak terpisahkan. Kristus adalah Allah sendiri yang memberi diriNya; Allah yang berinkarnasi untuk menyatakan cintaNya kepada dunia. Allah adalah kasih dan kasih Allah adalah tindakan aktif, bukan sekadar konsep abstrak. Allah yang tak terbatas dan tak terjangkau oleh ciptaan itu menjadikan diriNya terbatas untuk menjangkau dan merangkul seluruh ciptaan dalam persekutuan cinta kasihNya yang kekal. Allah yang kekal menjadi manusia yang fana untuk merangkul kefanaan ciptaanNya dalam persekutuan denganNya. Natal adalah momen yang mengajak kita untuk merenungkan kasih Allah kepada dunia yang tidak sekadar kata-kata, namun berupa tindakan. Natal adalah peringatan kasih karunia Allah yang memberi diriNya di dalam Kristus sebagai tindakan cinta kasihNya bagi seluruh ciptaan.
Kasih merupakan hakikat terdalam dari Allah Trinitas, sehingga seluruh karya Allah ke dalam dunia merupakan tindakan cinta kasih. Inkarnasi Allah yang kita rayakan dalam Natal Kristus merupakan tindakan cinta kasih Allah yang sejak semula dirancangkan sejalan dengan penciptaan semesta. Seorang teolog Fransiskan, Joseph Schwab, mengatakan, “inkarnasi adalah karya terbesar yang Allah lakukan dalam kerangka penciptaan. Allah berinkarnasi untuk menegaskan bahwa kita dipanggil untuk menjadi para kekasih Allah Trinitas.” Oleh karena itu, menurut Schwab, Natal lebih penting daripada Paska, karena kebangkitan sangat bergantung dari kelahiran dan bukan sebaliknya. Ini berarti dalam rancangan cinta kasih Allah, penciptaan, kelahiran dan kebangkitan adalah sebuah paket karya keselamatan Allah sejak semula. Inkarnasi bukanlah upaya Allah yang kemudian untuk menanggapi kejatuhan ciptaanNya dalam dosa, melainkan sebuah rancangan besar Allah sejak semula.
Allah menyatakan cintaNya dengan inkarnasi, yakni Allah menjadi daging. Inkarnasi berasal dari bahasa Latin, in carne, yang berarti “menjadi daging.” Penginjil Yohanes menuliskan, “Firman itu telah menjadi manusia…” (Yoh. 1:14). Dalam teks bahasa aslinya tertulis “kai ho logos sarx egeneto” yang lebih tepat diterjemahkan “dan Firman itu telah menjadi daging.” Yohanes mengatakan bahwa Allah menjadi daging (sarks), bukan menjadi manusia (anthropos). Seorang teolog Denmark bernama Niels Gregersen menegaskan jika inkarnasi adalah Allah menjadi daging, maka inkarnasi tidak hanya soal Yesus yang menjadi seorang manusia laki-laki atau hanya soal kemanusiaan yang terpisah dari alam semesta. Melalui inkarnasi di dalam Yesus Kristus, Allah menjadi materi (daging) yang merupakan bagian dari jalinan keterhubungan dari seluruh alam semesta. Gregersen menegaskan bahwa Yesus menjadi manusia dan  dalam kemanusiaanNya ia pun menjadi materi. Tubuh manusiaNya, seperti manusia-manusia lain, tersusun dari partikel-partikel materi yang juga terjalin menyusun alam semesta; Ada partikel logam (besi) yang mengalir dalam darahNya; seluruh organNya ditopang oleh mikroorganisme yang hidup dan membentuk jaringan tubuhNya. Pandangan ini oleh Gregersen disebut inkarnasi  yang dalam (deep incarnation) atau inkarnasi yang radikal, yakni sebuah inkarnasi ke dalam seluruh tenunan keberadaan biologis dan sistem alam.
Sejalan dengan Gregersen, Elizabeth Johnson, teolog feminis Katolik, menyatakan bahwa sebagai manusia, Yesus adalah makhluk hidup dan semua kehidupan berasal dari satu sel hidup yang berkembang. Satu sel hidup itu muncul dari partikel-partikel bumi yang tersusun dari debu-debu kosmis yang juga menyusun semua benda-benda angkasa, bintang, planet, bahkan tata surya dan galaksi yang berkembang sejak miliaran tahun lalu. Dengan demikian, kemanusiaan Yesus tidak terpisah dari seluruh susunan alam semesta ini. Tubuh manusia Yesus adalah unit yang kompleks dari mineral, cairan, karbon, oksigen, serta komponen-komponen biologis yang lain. Sebagai manusia, Yesus pun terhubung dengan semua makhluk hidup lainnya, tumbuhan dan hewan bahkan mikroorganisme. Sebagai materi, Yesus terhubung dengan semua materi yang menyusun alam semesta ini, air, debu, api, tanah, udara, dan lain-lain. Dengan pemahaman ini, inkarnasi Allah tidak lagi kita pahami sebagai Allah yang menjadi manusia saja, melainkan Allah yang menjadi bagian dari seluruh alam semesta ini. Maka tepatlah apa yang dikatkan Yohanes dalam Injilnya tadi “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,…” Allah mengasihi dunia, maka ia menjadi bagian dari dunia. Dunia di sini diterjemahkan dari kata kosmos yang secara harfiah berarti "alam semesta." Karena cinta kasih Allah akan alam semesta, Ia menjadi bagian dari alam semesta yang fana ini di dalam Yesus Kristus, untuk merangkul seluruh ciptaan Allah ini menjadi kekasih Allah Trinitas. Dalam Kristus, seluruh alam semesta ini saling terhubung dalam tenunan keberadaan biologis dan sistem alam semesta.

Mengasihi Saudara Semesta
Inkarnsi Allah adalah tindakan cinta kasihNya bagi seluruh alam semesta, tidak hanya manusia. Kasih Allah akan semesta itu dinyatakan dalam pemberian diriNya, bahkan pengosongan diriNya menjadi bagian dari ciptaan dan memberikan nyawaNya demi merangkul seluruh ciptaan dalam persekutuan cinta kasihNya. Jika Allah sedemikan mengasihi ciptaanNya, maka kita sebagai bagian dari ciptaan pun dipanggil untuk mengasihi alam semesta ini dalam perbuatan, dalam tindakan yang memberi diri menjadi alat Allah untuk merangkul seluruh ciptaan dalam persekutuan cinta kasihNya. Kasih Allah akan dunia ini (Yoh. 3:16), perlu kita nyatakan juga dengan kasih yang memberi diri bagi saudara-saudara kita (1Yoh. 3:16). Lalu, apakah ini hanya berlaku pada saudara sedarah atau saudara seiman? Jika mengacu pada kasih Allah yang dinyatakan dalam inkarnasi, maka saudara kita adalah alam semesta ini.
Sejak penciptaan, Allah memandang segala yang dijadikannya, matahari, bukan, benda-benda langit, tumbuhan, hewan, lauta dan daratan dengan penuh cinta. Ia melihat semua ciptaan itu baik dan indah. Yesus pun, dalam pelayananNya sebagai manusia di dunia, menunjukkan oriantasi kepada semesta. Perumpamaan-permupamaanNya bercerita tentang biji sesawi, hujan, domba dan burung. Ia pun mengajarkan bahwa Allah peduli pada bunga bakung yang tumbuh liar, bahkan burung-burung di angkasa (Mat. 6:26-29). Tindakan kasih kita tidak hanya kita tujukan kepada saudara manusia, apalagi manusia yang seiman atau sedarah, melainkan juga bunga di padang, burung di udara, matahari dan bulan, hujan dan mata air, ikan-ikan dan tumbuh-tumbuhan, bahkan segala ciptaan Allah. Fransiskus dari Asisi, biarawan abad pertengahan dan pendiri Ordo Fratrum Minorum, menggubah “Nyanyian Sauadara Matahari” yang menyapa alam semesta sebagai saudara-saudari, demikian:

Yang Mahaluhur, Mahakuasa, Tuhan yang baik,
milikMulah pujian, kemuliaan dan hormat dan segala pujian.

KepadaMu saja, Yang Mahaluhur,
semuanya itu patut disampaikan,
namun tiada insan satu pun
layak menyebut namaMu.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
bersama semua makhlukMu,
terutama Tuan Saudara Matahari;
dia terang siang hari,
melalui dia kami Kau beri terang.
Dia indah dan bercahaya
dengan sinar cahaya yang cemerlang;
tentang Engkau, Yang Mahaluhur,
dia menjadi tanda lambang.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari Bulan dan Bintang-bintang,
di cakrawala Kau pasang mereka,
gemerlapan, megah dan indah.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudara Angin,
dan karena udara dan kabut,
karena langit yang cerah dan segala cuaca,
dengannya Engkau menopang hidup makhluk ciptaanMu.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari Air;
dia besar faedahnya,
selalu merendah, berharga dan murni.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari Api,
dengannya Engkau menerangi malam;
dia indah dan cerah ceria,
kuat dan perkasa.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari kami Ibu Pertiwi;
dia menyuap dan mengasuh kami,
dia menumbuhkan aneka ragam buah-buahan,
beserta bunga warna-warni dan rumput-rumputan.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena mereka yang mengampuni demi kasihMu,
dan yang menanggung sakit dan duka-derita.
Berbahagialah mereka,
yang menanggungnya dengan tenteram,
karena olehMu, Yang Mahaluhur,
mereka akan dimahkotai.

Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari kami Maut badani,
daripadanya tidak akan terluput insan hidup satu pun.
Celakalah mereka yang mati dengan dosa berat;
berbahagialah mereka yang didapatinya setia
pada kehendakMu yang tersuci,
kerena mereka takkan ditimpa maut kedua.

Pujalah dan pujilah Tuhanku,
bersyukurlah dan mengabdilah kepadaNya
dengan merendahkan diri serendah-rendahnya

Marilah mengasihi saudara semesta ini dengan perbuatan, sebagaiamana Allah mencintai semesta ini dengan tindakan inkarnasiNya yang kita rayakan sebagai Natal.

Comments

Popular posts from this blog

KRISTEN PROGRESIF

Beberapa waktu belakangan, sedang ramai nih di media sosial yang resah soal Kristen Progresif. Saya dibagikan video-video ceramah beberapa "tokoh" Kristen. Katanya Kristen Progresif ini dipropagadakan di Indonesia oleh Brian Siawarta, seorang pastor yang eksis di media sosial. Banyak orang Kristen resah sebab katanya Kristen progresif ini sesat lah, jadi ancaman kekristenan lah, yang tidak percaya Alkitab lah, tidak mengakui Yesus sebagai juruselamat lah, dan lain-lain. Wah... Saya juga jadi ikutan resah nih . Sebenarnya apa sih Kristen Progresif itu? Kalau berdasarkan definisi para "tokoh" Kristen dan orang-orang yang resah, Kristen progresif itu ya aliran sesat. Namun, itu pelabelan yang menurut saya terlalu sempit dan picik. Karena itu, mari kita lihat dulu arti kata "progresif". Menurut KBBI, "progresif" berarti, 1. ke arah kemajuan; 2. berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politk); 3. bertingkat-tingkat naik (tentang aturan

Saya Tidak Tahu

Sahabat Sepanjang Embara oleh Galabara Ketika sahabat saya, Ujun Junaedi, meminta saya menulis refleksi untuk penahbisannya, saya agak mempertanyakan tema yang ia angkat, “Sahabat dalam Embara.” “Yakin embara?” tanya saya kepadanya. Kata embara dalam Bahasa Indonesia berarti pergi ke mana-mana tanpa tujuan dan tempat tinggal tertentu. Dengan demikian, embara bisa diartikan sebagai perjalanan ke mana-mana yang tak tentu arah, perjalanan yang tanpa tujuan. Dengan menggunakan kata “embara” apakah Ujun memahami ziarah kehidupannya sebagai perjalanan yang tanpa tujuan? Tentu ia memiliki alasannya sendiri memilih tema ini, yang ia tuliskan juga dalam refleksi penahbisannya. Saya di sini tidak akan membahas refleksi Ujun lebih jauh. Sila anda baca sendiri refleksinya dan alasannya memilih kata “embara” tersebut. Saya sendiri melihat kata embara dari sudut pandang yang berbeda dari Ujun. Teks Kitab Suci yang diangkat sebagai landasan tema ini adalah kisah Perjalanan ke Emaus. Kisah i