Skip to main content

Ketakutan dan Kekuatiran


Setiap orang pasti memiliki ketakukan. Entah itu takut kecoak, takut ketinggian, atau takut hantu. Ketakutan juga bisa dikatakan kekuatiran. Orang takut naik pohon karena kuatir jatuh misalnya. Orang kuatir akan masa depannya, kemudian takut menjalaninya.

Mungkin saat ini, itulah yang saya rasakan. Saya takut menjalani proses ke depan karena saya kuatir. Saya kuatir akan masa depan saya, akan apa jadinya saya nanti, kuatir akan karir dan pekerjaan, serta pasangan hidup. Walaupun sebenarnya saya tidak terlalu memikirkannya (yeah, I live for today), tetap ada rasa kuatir dan takut dalam diri saya.

Ketakutan itu juga ditambah dengan perubahan yang saya rasakan sangat tiba-tiba, dan saya mau tidak mau, suka tidak suka, harus menghadapiunya tanpa persiapan. Saya kaget dengan keadaan yang tiba-tiba berubah, dengan kondisi yang tidak pernah saya persiapkan untuk saya jalani. Akhirnya saya bingung, takut, kuatir. Saya bingung harus melakukan apa, saya kuatir bagaimana saya nantinya, saya takut menjalani ini sendiri. Saya tidak mampu berjalan sendiri. Bertahun-tahun saya jalani perjalanan ini bersama teman-teman. Tiba-tiba mereka menghilang hampir sekaligus (bukan satu-persatu loh). Bingung, takut, dan kuatir yang kemudian membuat saya sering bersedih. Entah mengapa, saya merasa sangat sedih dengan keadaan ini. Saya benci dengan keadaan ini. Saya benci menjadi orang dewasa dengan kerumitan hidup dan tantangan yang harus selalu dipikirkan. Makanya orang dewasa sering stres ya... Saya ingin jadi anak kecil saja yang tidak banyak berpikir tentang kehidupan dan menikmati hidupnya untuk hari ini.

Tapi, yah… namanya juga hidup. Semua hal pasti berubah dan berkembang. Itu semua kan proses kehidupan. Ketakutan, kekuatiran, kebingungan adalah proses kehidupan. Itu proses menuju kedewasaan. Hanya orang yang tidak hidup yang tidak mengalami itu. Mungkin saya baru hidup sekarang, karena baru sekarang saya mengalami kekuatiran dan ketakuatan akan hidup dan masa depan saya. Hahaha… Jadi, berbahagialah manusia yang takut dan kuatir karena kalian masih hidup..

Comments

Popular posts from this blog

KRISTEN PROGRESIF

Beberapa waktu belakangan, sedang ramai nih di media sosial yang resah soal Kristen Progresif. Saya dibagikan video-video ceramah beberapa "tokoh" Kristen. Katanya Kristen Progresif ini dipropagadakan di Indonesia oleh Brian Siawarta, seorang pastor yang eksis di media sosial. Banyak orang Kristen resah sebab katanya Kristen progresif ini sesat lah, jadi ancaman kekristenan lah, yang tidak percaya Alkitab lah, tidak mengakui Yesus sebagai juruselamat lah, dan lain-lain. Wah... Saya juga jadi ikutan resah nih . Sebenarnya apa sih Kristen Progresif itu? Kalau berdasarkan definisi para "tokoh" Kristen dan orang-orang yang resah, Kristen progresif itu ya aliran sesat. Namun, itu pelabelan yang menurut saya terlalu sempit dan picik. Karena itu, mari kita lihat dulu arti kata "progresif". Menurut KBBI, "progresif" berarti, 1. ke arah kemajuan; 2. berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politk); 3. bertingkat-tingkat naik (tentang aturan

Kasih Allah akan Semesta

(Telah dipublikasi dalam Majalah Berkat Edisi Desember 2018 Tahun XXX nomor 121, dengan judul "Kasih Dinyatakan dalam Perbuatan") Identitas kekristenan sejatinya ialah cinta kasih. Sayangnya, seringkali kasih menjadi sekadar slogan dan kata-kata indah yang tak jarang kehilangan maknanya. Sayangnya, kasih hanya berhenti pada kata, puisi, lagu, atau wacana dan keyakinan saja, tanpa terlihat wujudnya. Seorang psikiater asal Amerika, Karl Menninger, mengatakan “Sebenarnya cinta adalah obat bagi semua penyakit dan penderitaan di dunia. Namun pada kenyataannya, cinta menjadi suatu resep yang sering diberikan tapi jarang digunakan.” Kasih dibicarakan dan dikumandangkan di mimbar-mimbar ibadah dengan segala konsepnya; gereja berteori tentang bagaimana mengasihi orang lain, namun, semua hanya sebatas teori. Kenyataan ini pun yang terjadi di jemaat tujuan surat Yohanes. Kasih sering sekali diucapkan, namun tindakan tidak semanis ucapan. Kenyataan ini yang menjadi dasar bagi kritik

Saya Tidak Tahu

Sahabat Sepanjang Embara oleh Galabara Ketika sahabat saya, Ujun Junaedi, meminta saya menulis refleksi untuk penahbisannya, saya agak mempertanyakan tema yang ia angkat, “Sahabat dalam Embara.” “Yakin embara?” tanya saya kepadanya. Kata embara dalam Bahasa Indonesia berarti pergi ke mana-mana tanpa tujuan dan tempat tinggal tertentu. Dengan demikian, embara bisa diartikan sebagai perjalanan ke mana-mana yang tak tentu arah, perjalanan yang tanpa tujuan. Dengan menggunakan kata “embara” apakah Ujun memahami ziarah kehidupannya sebagai perjalanan yang tanpa tujuan? Tentu ia memiliki alasannya sendiri memilih tema ini, yang ia tuliskan juga dalam refleksi penahbisannya. Saya di sini tidak akan membahas refleksi Ujun lebih jauh. Sila anda baca sendiri refleksinya dan alasannya memilih kata “embara” tersebut. Saya sendiri melihat kata embara dari sudut pandang yang berbeda dari Ujun. Teks Kitab Suci yang diangkat sebagai landasan tema ini adalah kisah Perjalanan ke Emaus. Kisah i